Mengapa dunia memiliki dua versi pengucapan untuk teh?

Must read

Baganesia.com – Ada dua versi kelompok pengucapan “teh” yang paling dikenal di dunia ini. Dua kelompok itu adalah “te” dan “cha”.

Di Indonesia sendiri, seperti yang kita tahu, kita termasuk kedalam kelompok “te”. Namun ternyata hampir separuh bagian Bumi ini menyebutnya dengan lafal yang berbeda.

Mengapa demikian?

Teh sendiri berasal dari daratan Tiongkok, dan tersebar ke seluruh dunia melalui jalur perdagangan. Pada sekitar abad ke-16, baru ada dua jalur perdagangan, yang tentunya jalur darat dan laut. Dari dua jalur perdagangan inilah muncul dua versi pengucapan “teh”.

Peta Pengucapan Teh
Peta Dunia Perbedaan Pengucapan “Teh” – Foto oleh @india.in.pixels

Dalam bahasa Mandarin, aksara Hanzi untuk teh ditulis “茶”, dan dilafalkan sebagai “cha”, namun dalam bahasa Hokkien atau Minnan, bahasa lisan yang digunakan di provinsi Fujian dan sekitarnya, aksara tersebut dilafalkan “te”.

Chá

Hampir semua daerah atau kerajaan yang dapat berdagang dengan Tiongkok melalui jalur darat, atau yang pertama kali mendapatkan komoditas teh dengan jalur darat, menyerap lafal “cha” kedalam bahasa lokal masing-masing.

Baca juga: Asal Muasal Tradisi Ceng Beng

Beberapa contoh seperti India menggunakan lafal “chai”, di Persia menjadi “chay”, di Arab menjadi “shay”, dan Jepang, yang walaupun tidak terhubung jalur darat dengan Tiongkok, menggunakan lafal “ocha”.

Bagaimana dengan lafal “te”?

Pada akhir abad ke-16, kerajaan-kerajaan Eropa bagian barat mulai gencar mengeksplorasi dunia melalui jalur laut, terutama sejak ditutupnya jalur sutra oleh Kekaisaran Ottoman.

Walaupun Portugis merupakan kerajaan Eropa pertama yang membuka pos perdagangan di Asia Timur. Mereka tidak berdagang melalui pelabuhan di Fujian, melainkan di Macau, yang dimana menggunakan lafal “cha”. Itulah mengapa Portugis menjadi salah satu negara Eropa Barat yang masuk kedalam kelompok “cha”.

Starbucks Chai Tea Latte – Foto oleh starbucks.co.id

Sedangkan yang memopulerkan teh di Eropa adalah Belanda melalui perusahaan VOC miliknya, yang berdagang melalui pelabuhan Fujian dan Taiwan, dimana sama-sama menggunakan lafal “te”.

Belanda mengimpor teh secara masif ke Eropa, membuat teh tidak hanya menyebar di Eropa, tetapi di seluruh jalur dagang mereka, termasuk Indonesia. Hal ini membuat banyak daerah Eropa Barat menyerap lafal “te”, seperti Perancis “thé”, Jerman “Tee”, dan Inggris “tea”.

Teh dalam bahasa Filipina adalah “tsaa”, terdengar seperti kombinasi lafal “te” dan “cha”.

Khusus untuk Myanmar, mereka memiliki bahasa sendiri untuk daun teh, yaitu lakphak, karena daun teh sudah ada secara natural di daerah mereka.

- Advertisement -
Sewa Iklan

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
Sewa Iklan

Latest article