Tradisi Ceng Beng atau dikenal juga sebagai Festival Qingming jatuh di antara tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya.
Baganesia.com – Tradisi Ceng Beng pada mulanya dirayakan bersama dengan tradisi Hanshi. Tradisi ini dikenal sebagai Perayaan Makanan Dingin, karena pada hari tersebut tidak boleh seorangpun menyalakan api untuk memasak. Tradisi ini dicetus oleh Adipati Wen dari negara bagian Jin, atau dikenal juga dengan nama Ji Chong’er pada tahun 636 SM, untuk mengingat pengikut setianya Jie Zhitui yang terbunuh secara tidak sengaja bersama Ibunya karena kebakaran hutan buatan dengan tujuan agar Jie Zhitui keluar dari hutan tempat ia bersembunyi.


Diceritakan bahwa sebagai penyesalan, Sang Adipati membangun kuil dan sempat mengubah nama gunung dimana hutan tempat persembunyian Jie Zhitui berada, untuk mengenang pengikut setianya tersebut.
清明节
Qīng Míng Jié
Tradisi Ceng Beng sendiri baru dicetus oleh Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang pada tahun 732. Kala itu banyak rakyat Dinasti Tang yang terlalu sering melaksanakan upacara penghormatan leluhur. Sang kaisar menganggap kebiasaan tersebut menghabiskan waktu dan uang, sehingga menitahkan upacara penghormatan leluhur cukup dilaksanakan setahun sekali saja yaitu pada pertengahan bulan pertama musim semi yang kebetulan berdekatan dengan tradisi Hanshi yang sudah lebih dulu eksis. Pada mulanya tradisi Hanshi dirayakan satu atau dua hari sebelum tradisi Ceng Beng, tetapi perlahan perayaan keduanya digabungkan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, tradisi Hanshi mulai memudar, dan hanya tradisi Ceng Beng yang bertahan dan lebih dikenal hingga sekarang.
Baca juga: Qingtuan: Makanan Khas Ceng Beng di Tiongkok
Penempatan tanggalan Ceng Beng yang pada pertengahan bulan pertama musim semi ini juga bukan tanpa alasan. Pada hari tersebut merupakan titik akhir perubahan cuaca dari dinginnya musim dingin ke sejuknya musim semi. Merupakan momen yang tepat untuk bersyukur karena telah selamat melewati musim dingin, dan sekaligus meminta pemberkatan kepada leluhur untuk kelancaran musim tanam yang sudah dekat.


Di zaman sekarang, upacara penghormatan leluhur pada Ceng Beng dilakukan dengan membersihkan makam leluhur, memberi penghormatan dengan menunduk atau sujud, membakar dupa dan uang kertas, dilengkapi juga dengan persembahan makanan. Selain itu, banyak juga yang menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke kampung halaman, ataupun berkumpul bersama keluarga besar.
Ceng Beng dijadikan hari libur di Tiongkok
KOREA DAN VIETNAM JUGA TURUT MEMERIAHKAN
Walaupun hanya Tiongkok yang menjadikan Ceng Beng sebagai hari libur, tetap banyak etnis Tionghoa diseluruh dunia yang melaksanakan tradisi ziarah leluhur ini, tidak terkecuali di Indonesia ini.